PENGANTAR 

Lingkungan sosial-budaya adalah salah satu dari elemen-elemen lingkungan strategis yang menjadi salah satu variabel kunci untuk kinerja organisasi, termasuk korporasi. Elemen-elemen lingkungan strategis lainnya adalah politik-hukum, ekonomi dan teknologi. Pengetahuan tentang berbagai perubahan yang telah terjadi dan diperkirakan akan terjadi dalam elemen-elemen di lingkungan strategis tersebut  harus dimiliki oleh para pimpinan puncak organisasi tersebut dan oleh mereka yang pekerjaannya ada hubungan dengan manusia dan masyarakat, misalnya para pemasar, penjual, pengelola sumber daya manusia dan juga politikus. 

Sejak pertengahan abad ke-20, perubahan sangat pesat telah terjadi di seluruh dunia. Bukan hanya dalam sistem perpolitikan, perekonomian dan terutama teknologi, tetapi juga dalam bidang sosial budaya. Yang telah memicu dan membantu mempercepat perubahan dalam bidang sosial budaya tersebut justru adalah perubahan pesat dalam bidang teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Kemajuan pesat dalam teknologi komunikasi yang berbasiskan satelit telah mempercepat penyebaran informasi termasuk cara dan gaya hidup di negara-negara yang telah maju yang kemudian ditiru oleh mereka yang tinggal di negara lain. Kemajuan ekonomi dalam bentuk globalisasi industri dan perdagangan juga telah membantu mempercepat perubahan sosial budaya tersebut sekaligus.

Dalam masa sekitar 5 (lima) tahun terakhir, topik terkait generasi bangsa, atau lebih spesifik generasi angkatan kerja telah menjadi sangat populer. Anda semua pasti sering atau minimal pernah membaca istilah Baby Boomers, Generasi X, Generasi Y dan lain-lain disebut-sebut. Yang paling sering menjadi topik berita atau tulisan adalah tentu saja generasi yang disebut Generasi Y yang juga disebut Generasi Milenial. Alasannya yang paling masuk akal karena sebagian besar dari mereka mulai muncul pada abad 21 ini yang disebut abad Milenial. 

Sejalan dengan kepopulerannya, maka seperti biasa, berbagai seminar, diskusi dan konferensi yang membahas berbagai aspek terkait topik itu hampir tiap bulan ada yang menyelenggarakan. Selain daripada itu, artikel atau tulisan tentang topik itu bermunculan di media cetak dan media on line dan seluruhnya menggunakan artikel atau tulisan yang ditulis orang di negara Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya sebagai sumber dan rujukan. Yang menjadi masalah adalah banyak dari penulis tersebut yang mengambil saja isi artikel atau berita itu yang sebenarnya berkisar tentang orang/bangsa Amerika Serikat atau bangsa-bangsa yang se-‘turunan” seperti Australia. Mereka berasumsi bahwa semua itu juga terjadi dan berlaku pada bangsa kita sendiri, tanpa ada usaha mengritisi ketepatan, atau paling sedikit mau mencerna dulu isinya secara teliti.

KERANCUAN DALAM MENGARTIKAN DAN MENAFSIRKAN.        

Terkait dengan kritikan saya di ujung bagian Pengantar itu, di bawah ini saya akan menyajikan beberapa tulisan terkait topik generasi ini yang saya dapatkan dari berbagai sumber sekaligus menyoroti dan mengritisinya. Caranya sebagai berikut. Untuk tiap artikel yang saya sajikan, saya akan memberikan catatan dan komentar pendek dan mungkin menuliskan pertanyaan untuk direnungkan oleh para pembaca. Beberapa di antara artikel yang isinya saya anggap menarik dan menggelitik untuk dibahas adalah di bawah ini.

  1. Dani Fadillah dalam: https://uad.ac.id/id/memulai-kembali-generasi-baby-boomers. Bagian awal dari tulisannya berbunyi: “Dulu kita pernah mendengar istilah generasi baby boomers, sebuah generasi yang diramalkan adalah generasi yang akan menggebrak dunia (???)  karena memiliki kemapanan dalam hal ekonomi hingga kesehatan dan gaya hidup pada usia produktif mereka. Jika kita runut dari asal muasalnya, seharusnya person-person generasi baby boomers sudah mulai bermunculan sekarang. Di beberapa negara, generasi ini sudah mulai tampak, bagaimana dengan di Indonesia…dst”.
    Catatan saya: “Bila penulis ini telah membaca rujukan yang tepat tentang arti dan kriteria Baby Boomers dan bagaimana asal muasalnya sebutan itu muncul, tentunya tidak akan menulis kata-kata: “sudah mulai bermunculan sekarang” (???). 
  2. Chandra Iman dalam: http://www.chandra.im/pengertian-atau-definisi-dari-generasi-baby-boomers-generasi-x-y-z-alpha.http. “Pengertian atau definisi generasi baby boomers adalah orang yang lahir sebelum tahun 1962. Pengertian atau definisi generasi x / generation x (gen x) adalah orang yang lahir tahun 1963 – 1980 sering disebut dengan nama generasi slacker atau Xers”.
    Catatan saya: Penulis ini hanya mengutip rujukan yang dipakainya untuk menetapkan kriteria generasi, yaitu atas dasar tahun-tahun kelahiran.
  3. Kompasiana.com: “Generasi manakah yang anda inginkan: Senior, Baby Boomers, X atau Y?”:
    https://www.kompasiana.com/rasawulansariwiduri/generasi-manakah-yang-anda-inginkan-senior-baby-boomers-x-atau-y_550ecaba813311b72dbc6413
    Catatan saya: Ada tujuh paragraph dari tulisan tersebut yang saya ingin komentari, yaitu dibawah ini:

    • “Apa sebenarnya yang disebut dengan generasi. Berdasarkan kajian biologi, gen adalah bagian molekul DNA yang menentukan sebuah kesatuan fungsional dan merupakan pengontrol sifat dasar yang akan diwariskan pada keturunannya. Sedangkan DNA (Deoxiribo Nuclead Acid) sendiri adalah molekul(?) pembawa sifat dan pada perkembangannya dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Generasi sendiri menunjuk pada sekumpulan orang dengan gen dasar yang sama. Penelitian menunjukkan bahwa indikator yang dapat digunakan adalah waktu kelahiran seseorang”.
      Catatan saya: Istilah genetics dan DNA hanya digunakan dalam menentukan generasi yang didasarkan pada hubungan dalam kekeluargaan (Kakek Nenek – Ayah Anak, dst). Generasi bangsa atau generasi angkatan kerja adalah diciptakan atau diusulkan hanya atas dasar kesamaan dalam nilai-nilai, sikap dan karakter yang dianggap disepakati bersama, dan cenderung berbeda dengan generasi sebelum dan sesudahnya. Jadi analisis seperti itu sama sekali tidak tepat!
    • “Generasi pertama adalah generasi senior yang merupakan generasi dengan kelahiran sebelum kemerdekaan Indonesia tahun 1945 (Sebelum Perang Dunia II berakhir!). Dapat dikatakan generasi senior berumur minimal sama dengan hari raya kemerdekaan Indonesia, yaitu 66 tahun (tahun ini 73 tahun). Mereka adalah generasi yang paling kolot dan tentunya masih belum banyak tercemar oleh lingkungan yang bersifat negatif”.
      Catatan saya: Apa yang dimaksud dengan lingkungan bersifat negatif? Sebaiknya dijelaskan.
    • “Generasi kedua adalah generasi Baby Boomers (1946 – 1964). Generasi ini lahir dengan dilatarbelakangi oleh tingkat kelahiran yang tinggi pasca perang dunia kedua. Perkiraan jumlahnya adalah 30 persen dari total populasi. Dengan icon ’kami’, generasi ini mempunyai karakter sebagai seorang pahlawan, berorientasi pada kenyamanan dan merespon terhadap petunjuk pencapaian. Namun generasi ini telah mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga telah mengalami musimnya rock and roll ala Elvis Presley, mengenal televisi, melakukan demonstrasi, dapat membedakan rasnya masing-masing, dll. Acapkali generasi baby boomers disebut sebagai generasi penentu karena setiap individu telah mulai menentukan perubahan untuk masa depan walaupun masih dalam skala yang sangat kecil”.
      Catatan saya: Ini tepat! Kata “boom” yang merupakan asal kata boomers bisa diartikan sebagai “panen”. Baby Boomers = Panen Bayi.
    • “Generasi ketiga adalah generasi X (1965 – 1976). Dengan jumlah 17 persen dari keseluruhan populasi, generasi ini mampu survive di antara dua generasi sebelum dan sesudahnya yang berbeda karakter. Icon yang diusung generasi X adalah “saya”. Budaya yang dominan adalah budaya pop dan adanya ledakan informasi yang besar. “Kerja untuk hidup” adalah falsafah yang dianut oleh generasi X dan timbulnya pertentangan dengan struktur yang bersifat tradisional menyebabkan generasi ini mulai mengenal dan membuat usaha mandiri. Gelombang informasi yang besar membuat perang imajinasi dan kreativitas mulai bermunculan di berbagai bidang. Tidak terkecuali dengan bisnis. Iklan yang kreatif bertebaran di televisi dan ini mendorong pencitraan terhadap merek selain peningkatan penjualan tentunya.”
      Catatan: Ini adalah yang selalu dikemukakan dalam artikel artikel asal Amerika itu
    • “Terakhir adalah generasi Y (1977 – sekarang). Jumlahnya yang 30 persen dari total populasi, sukses mengusung icon ’semua’. Dapat dikatakan generasi Y berhasil menciptakan breakthrough dalam berbagai bidang. Generasi ini mengalami peningkatan dalam integritas, dibesarkan dalam era persatuan, optimis, serta era daur ulang. Selain itu respon terhadap ide baru yang dilatarbelakangi oleh filosofi, pengalaman, pesan multi generasi sangat cepat terjadi. Yang dapat saya rasakan adalah begitu booming-nya era MTV di akhir tahun 2000-an (???). Dandanan, gaya hidup & pergaulan begitu tersihir oleh endorser pembawa acara MTV. Tidak heran generasi ini terkadang mengklaim dirinya sebagai “generasi MTV”. Hal ini sebetulnya tidak dapat dipungkiri karena pengaruh televisi terhadap perubahan karakter (?) yang menuju kebebasan sangatlah besar”
      (Catatan untuk paragraf ini sama dengan yang untuk yang di atas).
    • “Melihat dari kacamata yang lain, karakter yang dimiliki oleh tiap generasi menimbulkan teori khusus dalam motivasi (???). Ya, teori X dan Y yang dikemukan oleh Douglas McGregor pada tahun 1960-an. McGregor merumuskan konsep bahwa pemimpin yang menyukai teori X (???) cenderung untuk menyukai gaya kepemimpinan yang penuh dengan kekuasaan. Di satu sisi, teori Y menekankan pada gaya kepemimpinan yang lebih demokratis. Dikaitkan dengan karakter pada tiap generasi, maka proses pengendalian pada pekerja dengan pemimpin teori X adalah pengawasan penuh dan pengancaman agar dapat bekerja sesuai dengan keinginan perusahaan. Sedangkan pemimpin dengan teori Y memberikan kebebasan sepenuhnya pada pekerjanya untuk menyumbang ide baru dan berpikir kreatif. Salah satu contoh penganut teori X adalah BUMN sedangkan penganut teori Y adalah perusahaan swasta yang ada di Indonesia” (???).
      Catatan saya: 1). Silakan dipelajari kembali teori Douglas Mc.Gregor itu. Kurang tepat. 2). Kesimpulan bahwa penganut Teori X adalah BUMN dan Swasta adalah penganut Teori Y ini didasarkan pada apa? Penelitian oleh siapa?)
    • Yang menarik bahwa kajian Aljabar dalam matematika dapat pula dikaitkan dengan karakter tiap generasi. Ilmu Aljabar mendefinisikan X adalah bilangan yang telah diketahui dan Y didefinisikan sebagai bilangan yang belum diketahui. Berdasarkan definisi dari X, karakter generasi X adalah cenderung statis karena telah mengetahui hal yang harus dilakukan. Sedangkan generasi Y cenderung untuk mencari tahu lebih banyak dan bersifat lebih kritis. Merujuk pada persamaan matematika, Y adalah kesatuan dari berbagai bilangan X yang merupakan variabel persamaan dengan jumlah tidak terbatas. Jadi dapat anda bayangkan bahwa begitu banyak hal-hal baru dan berbeda yang dapat dihasilkan dari generasi Y.
      Catatan saya: Bukankah ini hanya sebuah kebetulan, karena generasi sekarang disebut Y dan generasi sebelumnya X?
  4. “Kenali 5 Generasi: Baby Boomers, X, Y, Z dan Alpha. Anda Termasuk yang Mana?” https://www.finansialku.com/5-generasi-baby-boomers/. Setidaknya ada 5 generasi berbeda dalam rentang 100 tahun ini, di antaranya generasi yang dikenal sudah pensiun seperti Baby Boomers. Kenali setiap karakter dari 5 generasi tersebut melalui pemaparan rubrik yang akan dibahas oleh Tim Finansialku berikut ini.
    Catatan saya: Artikel itu adalah sepenuhnya terjemahan atau copy paste dari artikel asing tentang ciri-ciri/karakteristik tiap generasi yang disebutkan. (Tabel berupa karakteristik dari artikel aslinya dapat dilihat di sini).

Jadi bagaimana sebenarnya tentang generasi tersebut? Apakah mereka itu sebenarnya “eksis” atau hanya karangan saja? Untuk menjawabnya, saya akan menggunakan sebuah laporan dan sebuah tulisan yang juga berasal dari negara Amerika Serikat. Yang pertama adalah sebuah artikel yang dimuat dalam koran The Washington Post dengan judul yang mengejutkan berbunyi: “Your generational identity is a lie”. Silakan dibaca di sini dengan langsung masuk di situs mereka: 

https://www.washingtonpost.com/news/the-fix/wp/2015/04/01/your-generational-identity-is-a-lie/?noredirect=on&utm_term=.6e1fedf0d217

Yang kedua adalah sebuah tulisan oleh seorang bernama Austin Thomson berjudul: How Baby Boomers, Generation X, and Millennials Got Their Names”, (By Austin Thomson How Baby Boomers, Generation X, and Millennials Got Their Names https://search.app.goo.gl/6tifa Shared from my Google feed). Untuk yang ini, karena isinya tidak terlalu panjang, maka saya meng-“copy paste”–nya di bawah ini, tapi tidak menerjemahkannya. Setelah membaca tulisan Austin Thomson ini anda akan lebih paham bagaimana asal muasalnya muncul sebutan-sebutan untuk generasi-generasi tersebut yang sekarang anda sering baca dan sering dengar.  

May 1, 2018
In March, the Pew Research Center revamped their definitions for who gets counted under what generation. But who decides what those generations are named, if they get a name at all? Surprisingly, there isn’t one single clearinghouse where these names are chosen. Instead, generations frequently receive multiple names that then battle it out until only one remains—a process that is currently being fought between the likes of iGen, Generation Z, and Post-Millennials. Although it’s not clear which name will come out on top for the current generation, older group names generally involve one writer picking a term and then a bunch of other writers all coming to some crude form of consensus—with a couple of failures along the way.

BABY BOOMERS (1946-1964).
Calling a dramatic increase in the number of children born a “baby boom” dates to the 19th century. In 1941, an issue of LIFE Magazine discussing the increasing birthrate due to older couples having children after the Great Depression and the many marriages that came about because of the peacetime draft of 1940—proclaimed that “the U.S. baby boom is bad news for Hitler.”
The children who would come to be known as
Baby Boomers, however, wouldn’t be born for a few more years as soldiers returned home from the war and the economy “boomed.” Although the children born from 1946 to 1964 get the name Baby Boomers, that phrase wouldn’t appear until near the end of the generation. In January 1963 the Newport News Daily Press warned of a tidal wave of college enrollment coming as the “Baby Boomers” were growing up. That same year, the Oxford English Dictionary quoted the Salt Lake Tribune as saying “Statistics show that … long hours of television viewing put an extra strain on chairs, causing upholstered seating pieces to wear out three to four times faster than in the days before television and the baby-boomers.”

GENERATION X (1965-1980)
Oddly, an alternate name for people born during this time was Generation X; as London’s The Observer noted in 1964, “Like most generations, ‘Generation X’—as the editors tag today’s under 25s—show a notable lack of faith in the Old Ones.” That comment in The Observer was in reference to a then-recently published book called Generation X by Jane Deverson and Charles Hamblett. A few years later, Joan Broad bought a copy at a garage sale, her son found it, and he fell in love with the name.

That son was Billy Idol, and according to his memoir, Dancing with Myself,“ We immediately thought it could be a great name for this new band, since we both felt part of a youth movement bereft of a future, that we were completely misunderstood by and detached from the present social and cultural spectrum. We also felt the name projected the many possibilities that came with presenting our generation’s feelings and thoughts.” The band Generation X would begin Billy Idol’s career.
But the name Generation X wouldn’t become associated with a wide group of people until 1991. That’s the year Douglas Coupland’s Generation X: Tales for an Accelerated Culture was released. The book became a sensation for its ability to capture early ’90s culture and, although it didn’t coin the words, helped popularize a range of terms as diverse as McJob and pamphleting and a name for an entire generation.

MILLENNIALS (1981-1996).
What comes after Generation X? Generation Y, obviously. That was the logic behind several newspaper columns that proclaimed the coming of Generation Y in the early ’90s. (While the magazine Advertising Age traditionally gets the credit for coining the term in 1993, it was actually in use in 1992.) But as psychologist Jean Twenge explained to NPR regarding the failure of “baby busters” as a term to describe Generation X, “Labels that derive from the previous generation don’t tend to stick.” Instead, in 1991 authors Neil Howe and William Strauss wrote Generations, which included a discussion about the Millennials. According to Forbes, they felt that as the oldest members of this generation were graduating high school in 2000—and everyone was focusing on the coming date—Millennials 

PENUTUP
Tentang generasi pengelompokan manusia atau masyarakat atas dasar kriteria tertentu terutama “era” di mana mereka dilahirkan memang ada. Tetapi sampai saat ini, para pakar ekonomi dan sosiologi dan para pengamat sosial di Amerika Serikat sendiri sepakat bahwa yang bisa ditetapkan batas-batasnya adalah yang disebut Generasi Baby Boomers. Penentuan generasi khusus ini bukan hanya atas dasar tahun-tahun kelahiran mereka yang kebetulan saja seperti itu, tetapi lebih karena suasana atau kondisi sosial ekonomi yang terjadi di negara mereka saat mereka lahir dan dibesarkan. Untuk generasi yang sesudahnya masih merupakan gagasan dan usulan dari sejumlah pengamat dan penulis terutama yang berkiprah di sektor bisnis khususnya pemasaran dan pengamat politik. 

Pertanyaan kedua, andaikan saja kriteria-kriteria generasi itu bisa dianggap berlaku juga untuk bangsa-bangsa lain, apakah semua ciri dan karakteristik mereka juga sama? Sampai saat ini belum pernah ada yang mengidentifikasi, mana ciri-ciri dan karakteristik yang berlaku secara universal, maksudnya di mana saja, dan mana yang hanya berlaku di belahan dunia dan lingkungan budaya tertentu? Pada saat ini aspirasi dan sikap dan pandangan orang-orang muda yang lahir antara tahun 1990 – 1998 misalnya, sangat berbeda dibandingkan dengan generasi yang lahir antara tahun 1970 – 1980. Penyebab utamanya adalah derasnya arus informasi yang bermacam-macam yang dapat diserap oleh anak-anak dan remaja berkat kemajuan dalam bidang teknologi informasi, seperti televisi, bioskop, media cetak dan terutama media sosial melalui jaringan internet. Selain kemajuan teknologi, sektor informasi dan komunikasi sekarang sudah bisa diperoleh dan dilakukan sebebas-bebasnya bagi siapapun. Informasi tersebut pada gilirannya dapat membentuk persepsi, mengubah sistem nilai, dan kemudian membentuk sikap-sikap baru yang melekat kuat.

Pada saat ini yang paling sering dibahas tentang mereka yang disebut termasuk dalam generasi Millenials, generasi Y dan generasi Z itu adalah perubahan yang diperkirakan terjadi pada sikap, perilaku, dan penampilan fisik remaja dan ABG (Anak Baru Gede) itu. Perilaku dan tingkah anak-anak muda pada setiap generasi memang banyak dipengaruhi oleh tingkah laku yang diperlihatkan oleh tokoh-tokoh yang dijadikan sebagai model (contoh soal). Model-model ini biasanya datang dari negara-negara yang mempunyai kekuatan teknologi yang sangat besar untuk menyebarkan informasi tersebut sehingga sukar dihambat dan model-model itu akan dilihat atau didengar secara berulang-ulang dan terus-menerus oleh kelompok yang menjadi target dalam jangka waktu yang sangat panjang.

Perubahan sikap yang serius juga terjadi pada tataran atasan dan orang-orang yang dianggap senior dalam organisasi. Misalnya, antara tahun 1975 sampai 1980 penulis masih sempat menghadapi pekerja yang setiap bertemu di lingkungan pabrik bersikap sangat mengikuti sopan santun daerah di mana pabrik berada, yaitu di Jawa Barat. Setiap kali bertemu mereka akan membungkukkan badan dengan kedua tangan disatukan di muka dan mengucapkan “Selamat Pagi Pak”. Hanya 15 tahun setelahnya, pekerja yang dihadapi ternyata sudah dari generasi yang berbeda dan mereka akan menyapa dengan suara lantang dan ucapan; “Pagi Bos” atau “Pagi Pak”. Tidak ada lagi sikap membungkuk dan menghormat yang berlebihan. Mereka ingin diperlakukan sederajat atau paling sedikit berbeda dengan generasi pendahulunya dan para manajer harus siap menghadapi perubahan itu. 

Perubahan sikap yang sangat nyata dan telah mengubah wajah politik dunia termasuk Indonesia dalam 52 tahun terakhir adalah penolakan terhadap pemusatan kekuasaan oleh seorang penguasa atau sekelompok orang dan kemudian digunakan untuk kepentingan mereka sendiri. Tahun 1966, mahasiswa dan para pemuda/pemudi bergabung dalam apa yang dikenal sebagai Angkatan 66 mendorong lengsernya Presiden Sukarno. Kemudian, generasi yang tahun 1966 itu masih balita dan baru lahir setelah itu melihat bahwa banyak yang salah dengan cara Jenderal Suharto mengelola negara ini. Muncullah Angkatan 98 yang aktif dalam gerakan reformasi yang melengserkan Presiden Soeharto pada bulan Mei tahun 1998.  

Di negeri kita ini, kita memang lebih familiar dengan pengelompokan yang disebut “angkatan” (tidak ada kaitan dengan sebutan untuk tiga komponen kekuatan yang membentuk TNI), daripada sebutan generasi. Penamaan “angkatan” tersebut dikaitkan dengan era dan tahun tahun di mana sebuah peristiwa besar dan penting terjadi, yang menjadi tujuan dari gerakan yang disponsori oleh angkatan tersebut. Oleh karena itu, sebelum ada Angkatan 66, kita juga mengenal Angkatan 45, yaitu para orang tua dan kakek nenek atau buyut kita yang terlibat dalam perjuangan memerdekakan negara kita, yang dipimpin oleh Bung Karno, Bung Hatta dkk. Sebelum Angkatan 45 kita juga tahu ada Angkatan 28, yaitu generasi muda yang dipelopori oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo yang mempelopori Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober 1928 yang selalu kita ingat dan peringati itu.

Selama era Bung Karno dan Pak Harto, perubahan pola pikir, sistem nilai, prinsip-prinsip yang dipegang, sikap dan pandangan tersebut seringkali gagal diamati oleh tokoh-tokoh, aktivis politik dan pemegang kekuasaan serta para pejabat pimpinan institusi pemerintahan di negara kita dan kita lihat apa yang telah terjadi. Tetapi sejak 3 tahun terakhir ini atau sejak tahun 2015, kita bisa melihat bahwa mulai banyak politikus dan pimpinan pemerintahan termasuk Presiden Jokowi yang mulai punya perhatian terhadap perubahan dalam bidang sosial budaya. Mereka mulai mencoba mengidentifikasikan diri dan membangun citra pribadi yang positif di antara generasi “millenials”, yaitu orang muda saat ini. Tentunya dengan tujuan untuk mendapatkan suara mereka dalam Pemilu dan/atau Pilkada.    

Sebagai pesan akhir dari tulisan ini, saya sarankan para pembaca untuk mempelajari data terakhir tentang demografi angkatan kerja Indonesia melalui link di bawah ini. Setelah itu, coba direnungkan, berapa banyak dari angkatan kerja tersebut yang memenuhi ciri-ciri generai Milenial dan generasi Z atau apapun itu yang banyak diramaikan itu.

  1. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/09/14/lebih-dari-seperempat-angkatan-kerja-2015-hanya-tamat-sd
  2. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/11/10/berapa-jumlah-angkatan-kerja-saat-ini

Mudah mudahan bermanfaat!
Jakarta 26 Mei 2018