Yang saya maksud dengan “usia karir” adalah lamanya seseorang bisa menekuni profesinya dari saat mulai terjun ke bidang itu sampai ia meninggalkannya, bukan karena alasan kesehatan. Untuk contoh pertama kita pilih profesi aktor/aktris. Penonton di negara-negara Barat punya selera berbeda. Aktor/aktris yang sudah berusia 60 tahun atau malah lebih tetap digemari penonton. Contohnya; Sean Connery (James Bond) dan Morgan Freeman. Tetapi, usia karir artis Indonesia sangat pendek. Bila mereka mulai terjun pada usia 18 tahun, bila digemari bisa bertahan sekitar 15 tahun sebelum “hilang” dari daftar. Nama-nama Paramita Rusady, Sophia Latjuba, Tamara Blezinzky dan Meriam Belina, sudah hampir terlupakan. Tiap hari muncul artis muda belia yang akan bersaing memperebutkan posisi sebagai bintang paling laku.
Mereka yang menyadari bahwa usia karir mereka yang sangat pendek (atau punya penasihat bijak) akan ngebut mencari uang sebanyak mungkin saat masih “bersinar”. Lalu mulai merintis usaha, atau kuliah lagi atau memanfaatkan kepopulerannya menjadi pejabat publik dan politisi. Tenaga profesional independen seperti dokter, notaris, arsitek, pengacara dan konsultan berbagai bidang punya usia karir yang lebih panjang. Selama mereka sehat bisa terus aktif atau jadi penasihat bagi yang lebih muda. Alm. Dr. Ruslani, spesialis THT salah seorang sahabat mancing saya, yang tahun 2020 lalu wafat dalam usia 84 tahun, sampai setahun sebelum wafatnya, tetap berpraktek di RS Gandaria miliknya. Seorang dkter spesialis anak, sahabat saya yang lain yang sudah seperti kerabat, saat ini berusia 83 tahun masih tetap berpraktek di rumahnya dan di RS dekat rumahnya.
Tetapi yang bekerja sebagai orang “gajian” pada pemerintah atau perusahaan, menurut Undang-Undang harus pensiun saat mencapai usia tertentu. Mereka harus memutuskan apakah masih ingin terlibat dengan “urusan dunia” setelah pensiun atau tidak. Yang ingin tetap aktif tapi hanya sebagai orang “gajian” berstatus “kontrak” tidak banyak yang perlu dilakukan. Tapi yang ingin membangun “karir ke 2” sebaiknya menyiapkan diri paling lambat 15 tahun sebelum tiba saatnya pensiun. Karir ke 2 tersebut bisa dalam bidang yang sama tetapi sebagai konsultan, bisa dalam bidang-bidang; sosial, bisnis, petani, pengajar dan lain-lain. Persiapan-persiapan utama untuk membangun karir ke 2 adalah sebagai berikut;
Perata adalah memutuskan bidang yang akan digeluti. Untuk itu perlu melakukan perenungan: apa sebenarnya “passion” anda? (Lihat lagi catatan tentang Passion). Apakah passion anda adalah pekerjaan yang anda geluti saat ini? Atau hanya salah satu aspeknya? Atau justru diluar pekerjaan? Kalau bisnis, sektor apa? Property, jasa, makanan atau terkait hobby? (berkebun dan lain-lain), atau non bisnis (spiritual, sosial). Sebuah contoh bisnis jasa dalam bidang yang sama dengan karir awal adalah seorang Kepala Biro Hukum sebuah perusahaan mendirikan Biro Penasihat Hukum Korporasi. Contoh bisnis jasa yang berbeda dari karir ke 1 tapi masih ada kaitan adalah bila seorang Perwira Tinggi atau Perwira Menengah Polri membuka usaha jasa pengamanan (security). Yang berbeda sama sekali adalah seorang akuntan yang membuka kebun buah-buahan.
Kedua adalah mempelajari faktor-faktor kunci untuk sukses dalam sektor bisnis atau pekerjaan yang anda akan geluti. Bagi yang berfikir untuk masuk ke bisnis, yang paling krusial adalah soal pemasaran (siapa yang akan beli produk/jasa kita, bagaimana mendapatkan order atau memasukan produk/jasa anda, dan lain-lain). Karenanya, membangun jejaring adalah mutlak perlu. Aspek teknis (misalnya cara pembuatan produk) adalah prioritas ke 2 (dua). Malahan anda mungkin tidak usah memproduksi sendiri. Ambil saja dari perusahaan lain.
Langkah ketiga adalah membuat “Neraca” Kompetensi Diri. Caranya dengan membuat sebuah Tabel yang terdiri dari 2 kolom. Di kolom kiri tulis; semua pengetahuan, keahlian, keterampilan dan aspek-aspek kepribadian yang bisa jadi “modal” anda untuk karir ke 2. Di kolom kanan tulis: semua hal yang anda belum tahu dan belum ahli dan semua aspek kepribadian yang harus dirubah atau diperbaiki untuk sukses dalam karir ke 2. Tahap 3 ini yang paling sulit. Saya melakukannya dalam kelompok dengan rekan2, bawahan dan atasan sebagai bagian dari proses asesmen psikologis tahun 1980 – 1983 lalu. Bila langkah 1, 2 dan 3 telah selesai anda siap membuat Rencana Aksi dan melaksanakannya secara bertahap.