Oleh: H. Achmad S. Ruky, SE (Unpad), MBA (Melbourne), DBA (TUP)*
Pengantar
Pada hari Jumat tanggal 13 Januari 2017 malam KPUD DKI menelengarakan acara debat antar “pas-lon” (pasangan calon). Sejak beberapa minggu sebelumnya, media, terutama media elektronik (TV) telah secara terus menerus mengumumkan tentang acara debat tersebut. Yang paling membuat saya penasaran adalah bahwa semua pembawa acara di setiap statsiun TV dengan bersemangat menyampaikan bahwa para “paslon” akan ditantang untuk menyampaikan “VISI-MISI” mereka. Tetapi, ketika malam itu saya menyaksikan acara tersebut, ternyata apa yang disebut dengan “perdebatan” itu lebih berbentuk penyampaian dan saling mempertanyakan atau mengkritik program-program yang akan mereka dilaksanakan. Jadi dimana adanya yang dimaksud dengan ”Visi-Misi” itu? Tetapi hal itu tidak mengejutkan bagi saya dan persis seperti dugaan saya. Penyebabnya adalah karena orang orang Media, dan juga mungkin para pimpinan KPUD punya pemahaman yang rancu antara visi, misi dan program. Tapi toh mereka tetap memaksakan penggunaan istilah itu dan bukan “penyampaian program dan gagasan saja saja?
Dewasa ini kata visi dan misi memang sering sekali kita dengar atau baca dilingkungan pemerintahan, politik, organisasi bisnis, organisasi nir-laba, ataupun kemiliteran. Setiap orang yang mengikuti proses seleksi “kepatutan dan kelayakan” untuk menduduki jabatan tertentu akan selalu diminta untuk mengajukan VISI-MISI mereka! Tetapi pemahaman VISI dan MISI dan penggunaan istilah tersebut di Indonesia telah rancu. Pertama, sewaktu orang menggunakan kata “visi”, seringkali yang dimaksudkan adalah “PERSEPSI” yaitu “pandangan” tentang sesuatu. Oleh karena itu seringkali kita mendengar atau membaca adanya “usaha untuk menyamakan VISI” (?) padahal yang dimaksud adalah menyamakan “persepsi” tentang sesuatu. Lalu MISI diartikan sebagai program kerja. Lalu akhirnya, dan tidak tahu darimana asal mulanya, istilah VISI kemudian digandengkan dengan MISI menjadi satu kata yaitu VISI-MISI. Apa arti kata Visi-Misi, tidak pernah ada yang memberikan definisi yang menjelaskan artinya.
JADI, APA ITU Visi? Apa Sebenarnya Artinya?
Pertama kalinya saya mendengar dan membaca istilah Visi adalah pada tahun 1989 sekitar bulan Mei, jadi hampir 34 tahun lalu di Kuala Lumpur, Malaysia, dalam sebuah konferensi bertema tantangan yang dihadapai manajemen sumberdaya manusia dalam abad 21. Pembicara asal Malaysia yang adalah President Malaysian Society of H. R. Management, dalam paparannya menyebutkan bahwa mereka yang berprofesi dalam bidang sumberdaya manusia Malaysia harus bekerja keras untuk merealisasi “Vision 2020” yang telah dicanangkan oleh P.M. Malaysia saat itu yaitu Bpk. Dr. Mahattir Muhamad. Dalam paparannya, ia menjelaskan tentang hasil prediksi yang mereka lakukan mengenai apa saja akan terjadi di dunia pada tahun 2020, atau masih 31 tahun lagi dari saat itu, dan apa imbasnya ke wilayah Asia Pacific, Asean dan akhirnya ke Malaysia. Atas dasar prediksi dan perhitungan tersebut, tim ahli Perdana Menteri memperhitungkan tantangan tantangan yang akan mereka hadapi, lalu merumuskan harus seperti apa Malaysia pada tahun 2020 dan strategi dan langkah langkah yang harus dilakukan. Karena merasa penasaran, saya bertanya, mengapa mereka menggunakan tahun 2020 sebagai patokan? Jawabanya adalah pada tahun 2020 itu, kesepakatan WTO (World Trade Organization) tentang perdagangan bebas tanpa hambatan akan berlaku bagi seluruh Negara di dunia!
Perumusan VISI yang dilakukan oleh P.M. Mahattir Mohammad 34 tahun lalu sejalan dengan arti dari kata VISI yang tentu saja berasal dari bahasa Ingeris dan kata aslinya adalah VISION. Kamus New Webster Dictionary of the English Language yang diterbitkan tahun 1980 telah memberikan definisi tentang VISION sudah bernada “futuristic” dan berbunyi; “the act, power or faculty of seeing; sight, the ability to imagine and prepare for the FUTURE. Vision juga dianalogikan dengan “Foresight” yaitu; “the act or power of perceiving abstract or invisible subjects as clearly as if they were visible objects; sight such as might be seen in a dream or vision”. Lihat ilustrasi dibawah ini.
Kamus Besar Bahasa Indonesia pun memberikan penjelasan senada. Lihat, butir (2), (3), (4) dan (5) dalam foto dibawah.
Demikian pula kamus Ingggris – Indonesia oleh John M. Echols dan Hassan Shadily cetakan 1990, menterjemahkan istilah “vision” pertama sebagai; “penglihatan” atau “daya lihat” . Kedua sebagai “pandangan” seperti dalam contoh “a man of vision” yaitu seorang yang dapat melihat khayalan dengan fikiran yang jernih, dan sebagai “impian” dan “bayangan”. Yang menarik adalah bahwa mereka menterjemahkan istilah “visionary (visioner)” sebagai “pengelamun” atau “pengkhayal kosong” (?????!). Sebuah terjemahan yang negatif sekali!
PERAN VISI DALAM KONTEKS MANAJEMEN ORGANISASI
Sejak awal 80an bahwa “Visioning” atau penetapan sebuah Visi menjadi konsep inti dalam “bahasa sehari hari” dilingkungan bisnis dan sebagaimana biasa dimulai di Amerika Serikat. Saat itu, mereka memang membutuhkan konsep tersebut karena banyak perusahaan raksasa di A.S. sedang berjuang menghadapi dampak ganda dari gelombang ketiga merger dalam organisasi bisnis dan yang lebih besar adalah kompetisi yang bersifat global dan melibatkan pemain-pemain global. Mereka menyadari bahwa perubahan yang bersifat incremental dan perbaikan terus menerus dalam proses bisnis hanya akan menghasilkan perbaikan sesaat. Untuk menghadapi tantangan yang lebih bersifat jangka panjang mereka harus melakukan apa yang disebut sebagai “transformasi” organisasi sebagai keseluruhan. Disinilah Visi mulai berperan. Sebuah proses transformasi perlu dimulai dengan “sebuah gambaran tentang masa depan yang akan ditemukan/dihadapi nanti, dan bagaimana organisasi ini akan berperan pada masa depan yang dibayangkan itu”. Gambaran tentang masa depan itu adalah VISI.
Sejak saat itu, mayoritas pimpinan perusahaan besar di A.S. telah merumuskan Visi mereka paling sedikit didalam kepala masing-masing. Mereka banyak menghabiskan waktu mereka untuk memikirkan, menetapkan dan mengkomunikasikan visi mereka kepada setiap orang didalam organisasi mereka. Sebuah Biro Konsultan Pencari Eksekutif terbesar di dunia, Korn Ferry International bekerja sama dengan Columbia University, New York USA pada tahun 1988 (29 tahun yang lalu) menyelenggarakan survey dengan responden 2000 Pimpinan (Chief Executive Officer) Perusahaan besar di US, Jepang, Eropa dan Amerika Latin. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah; apakah yang harus dilakukan oleh pimpinan puncak perusahaan untuk dapat “survive” mengahadapi persaingan keras dalam abad 21 nanti? Hampir 90% dari mereka menjawab; “Menetapkan Visi yang jelas dan tegas dan mengkomunikasikannya kepada seluruh jajaran karyawan”!
Perumusan dan penetapan Visi ternyata juga telah dilakukan oleh banyak pemimpin negara. Di wilayah Asean, contoh bagus selain Malaysia, adalah tentunya Singapura, Thailand, Vietnam dan Myanmar. Mereka sadar betul bahwa bila mereka tidak menyiapkan diri untuk menang bersaing dalam persaingan pada saat era pasar bebas diterapkan sepenuhnya maka mereka hanya akan menjadi pasar bagi produk dan jasa yang berasal dari negara yang lebih maju. Untuk menunjang visi tersebut mereka juga telah “all out” dalam membangun infrastruktur (arana dan prasarana) dan kualitas sumberdaya manusia. Banyak yang tidak tahu bahwa Negara Negara seperti Thailand, Vietnam dan Myanmar sedang giat giatnya membangun jaringan jalan raya, kereta api, jembatan, pembangkit listrik dan lain lain yang mereka persiapkan untuk menghadapi era 25 sampai 50 tahun seterusnya.
Perlu ditegaskan kembali bahwa VISI menggambarkan masa depan yang akan dihadapi oleh sebuah negara, organisasi, institusi atau perusahaan. Kemudian atas dasar visi yang diyakininya maka pimpinan puncak dan jajarannya menekankan kepada semua jajaran dalam organisasi (atau seluruh bangsanya) harus seperti apa organisasi/negara–nya saat gambaran yang dibayangkannya itu terjadi misalnya dalam 25 tahun mendatang. Sekaligus apa yang harus dilakukan oleh organisasi tersebut bila ingin bentuk yang baru itu terealisasi”. Bentuk dan status masa depan yang diinginkan itu harus dicapai melalui sebuah perubahan yang fundamental dalam organisasi.
Seorang pakar manajemen bisnis, John P.Kotter dalam bukunya (Leading Change – Harvard Business School Press,1996) menegaskan bahwa sebuah visi yang tepat dan baik akan membantu proses transformasi organisasi dalam tiga hal;
- Pertama, visi akan menjelaskan arah perubahan yang diinginkan secara gamblang, jelas dan tegas yang akan mempunyai dampak pada kompetensi yang harus dimiliki organisasi.
- Kedua, visi akan mendorong dan memotivasi orang untuk “bergerak” kearah yang benar walaupun langkah-langkah awalnya mungkin akan menyakitkan bagi mereka.
- Ketiga, visi akan membantu mengkoordinasikan angota organisasi yang berasal dari bidang yang berbeda dan yang jumlahnya dapat mencapai ratusan atau ribuan dengan kecepatan dan efisiensi yang sangat mengagumkan.
Profesor Warren Bennis dan Profesor Burt Nanus, dua orang pakar Amerika terkenal, dalam buku mereka (Leaders 1987) juga menulis bahwa seorang pemimpin efektif adalah pemimpin yang “visioner” yang oleh Echols dan Shadily dalam kamus mereka diterjemahkan sebagai “pengelamun” dan “pengkhayal”! Pada dewasa ini hampir semua pakar manajemen, kemepimpinan dan para eksekutif yang sukses sependapat bahwa para pemimpin yang sukses memimpin organisasi mereka memang cenderung “pengelamun” dan “pengkhayal”.
Beberapa tokoh terkenal di dunia dan di Indonesia dulu juga tidak menggunakan kata vision tetapi menggunakan kata “dream” atau impian. Misalnya DR. Martin Luther King, tokoh anti diskriminasi Amerika Serikat. Beliau tercatat mengucapkan pernyataan dibawah ini: “I have a dream, that one day, down in Alabama, with its vicious racists, with its Governor having his lips dripping with the words of interposition and nullification; one day right there in Alabama, little black boys and girls will be able to join hands with little white boys and white girls as sisters and brothers”
Bagaimana dengan Visi Indonesia sebagai negara? Sebenarnya, pada tahun 1928 yang lalu, saat para tokoh bangsa kita yang mencita-citakan terbentuk NKRI telah mencetuskan sebuah visi yang termasuk sangat jenius dan didukung oleh hampir seluruh suku di Indonesia. Visi mereka adalah; “Satu Nusa, yaitu Indonesia, Satu Bangsa, Bangsa Indonesia, dan Satu Bahasa yaitu Bahasa Indonesia”. Visi (impian) itu direalisasikan oleh generasi muda berikutnya pada tanggal 17 Agustus 1945 dipimpin oleh Sukarno dan Hatta melalui Proklamasi Kemerdekaan RI. Kemudian, visi yang ingin direalisasikan untuk kemerdekaan itu yang sering kita dengar adalah terwujudnya “masyarakat yang adil dan makmur” berdasarkan Panca Sila. Seperti apa masyarakat seperti itu? Apa dimensi dimensi atau parameternya? Visi itu harus menunjukan kemana kita harus menuju! Visi Negara seharusnya dirembukan secara serius oleh Pemerintah bersama DPR dan MPR saat menyusun GBHN.
Sebuah contoh yang bagus sekali untuk visi korporasi saya bisa kemukakan yang disampaikan oleh Pak Arif Wibowo pada tahun 2016 lalu, saat beliau diangkat sebagai Direktur Utama Garuda. Saat ditanya oleh jurnalis tentang visinya, Pak Arif yang mantan Direktur Utama Citilink itu mengatakan bahwa visinya adalah: “Ingin membangkitkan rasa kebanggaan bangsa terhadap maskapai penerbangan nasional, jangan ada turbulensi sedikit saja”. Itu adalah sebuah pernyataan tentang visi dalam arti “impian” yang ingin direalisasikan yang bagus dan tepat sekali. Rasa bangga terhadap maskapai nasional tentunya akan berdampak pada peningkatan jumlah penumpang yang menggunakan pesawat Garuda, baik untuk penerbangan didalam negeri ataupun keluar negeri. Peningkatan jumlah penumpang akan berarti peningkatan penerimaan dan seterusnya. Beliau tinggal merumuskan parameter kebanggaan tersebut dan kemudian membuat rencana stratejik dan rencana aksi untuk merealisasinya.
LALU APA ARTI MISI?
Sebenarnya ada dua buah “statement” lagi yang biasanya dibuat oleh sebuah organisasi terutama organisasi bisnis yaitu TUJUAN (Purpose) dan MISI (Mission) yang antara keduanya juga bisa terjadi kerancuan. Saya akan menjelaskan tentang dua duanya dan mulai dengan menjelaskan istilah “Tujuan” (Purpose).
Robert H. Miles, seorang konsultan manajemen, dalam bukunya (Leading Corporate Transformation” – A Blue Print for Business Renewal) menjelaskan bahwa “statement” tentang “Tujuan (Purpose)” akan menjawab pertanyaan; “untuk apa sebuah organisasi didirikan (ada) didunia ini”?. Oleh karena itu, tujuan harus bersifat fundamental, luas, mengilhami dan bersifat langgeng. Pernyataan tentang sebuah “tujuan” bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaan; “apa yang dunia/negeri/bangsa ini akan kehilangan bila organisasi ini bubar/hilang? Mengapa orang-orang yang pandai dan berbakat mau mengorbankan tenaga dan umur mereka bekerja untuk organisasi ini?.
Pada waktu mendirikan perusahaan otomotif Ford Motor Company kira – kira 85 tahun lalu Henry Ford menjelaskan bahwa mengapa perusahaanna didirikan adalah “melaksanakan demokratisasi mobil”. Apa latar belakang dari pernyataannya Henry Ford itu? Seperti diketahui, pada masa itu hanya orang-orang kaya yang mampu membeli mobil. Selanjutnya Ford menjelaskan bahwa; “Saya akan membuat mobil untuk berbagai tingkatan lapisan dan kelompok…… yang harganya akan sedemikian rendah sehingga tidak ada seorangpun yang memperoleh upah/gaji cukup yang tidak akan mampu membelinya,……..dan dengan keluarganya, menikmati kemudahan selama berjam-jam dalam ruangan luas milik Tuhan…….Kuda-kuda dan kereta kuda akan menghilang dari jalan raya dan mobil akan menggantikannya”!
MISI – Pemahaman I
Robert H. Miles yang disebutkan diatas menulis bahwa berlainan dengan tujuan (“purpose”) yang menjawab pertanyaan; mengapa sebuah “organisasi” didirikan, sebuah misi akan menjabarkan atau menterjemahkan TUJUAN organisasi menjadi sasaran atau aspirasi yang lebih “tangible” (kongkrit), mendorong semangat dan sangat terfokus yang akan membawa organisasi menuju ke masa depan yang dijelaskan dalam Visi. Dengan kata lain, misi menjelaskan; apa yang harus dicapai, apa akan dilakukan, kapan, dimana, dan bagaimana akan dilakukan dalam kerangka merealisir visi mereka”. Sebuah pernyataan Misi harus “menarik” sebuah organisasi kearah yang lebih kongkrit mencakup kegiatan-kegiatan dan kinerja baru tetapi yang bisa dicapai.
Miles selanjutnya menjelaskan bahwa perbedaan antara Misi dengan Tujuan adalah bahwa Tujuan dalam konteks ini bersifat langgeng; tidak berubah sepanjang masa hidup organisasi. Misi, sebaliknya harus memiliki tolok ukur sebagai tingkat prestasi dan jangka waktu kapan harus dicapai atau direalisasi. Miles memberi sebuah contoh pernyataan misi yang efektif pernah ditetapkan oleh Badan Antariksa dan Ruang Angkasa (NASA) Amerika Serikat pada tahun 1961 yang berbunyi; “Mendaratkan seorang di Bulan dan mengembalikannya ke Bumi dengan selamat, sebelum decade ini berakhir (berarti sebelum 1970)”! Dan mereka berhasil ! Dari contoh tersebut jelas sekali bahwa sebuah Misi mungkin hanya bisa dicapai setelah masa 5 atau lebih! Dengan demikian, seorang pimpinan organisasi yang diberi masa jabatan 5 tahun sewajarnya mampu menetapkan sebuah Misi untuk mendukung Visi-nya.
MISI – Pemahaman II
Sebaliknya, dua orang pakar/penulis yaitu Khoo Keng-Hor dan Munro-Smith (dalam “Reader Friendly Strategic Management – Pelanduk, Malaysia, 1999) dan Phillip B. Crosby (“Running Things – the Art Making Things Happen”-McGraw-Hill) mempunyai pemahaman yang berbeda dengan Robert Miles tentang arti Misi. Untuk mereka, “mission” adalah sebuah tujuan dasar dari sebuah organisasi (termasuk korporasi) dan menjawab untuk apa organisasi itu didirikan, yaitu yang oleh Robert Miles disebut sebagai “purpose” atau Tujuan. Sedangkan istilah “mission” yang digunakan oleh Robert Miles maere sebut “Objectives”. Contoh-contohnya adalah dibawah ini (seperti ditulis oleh Kho Keng-Hor dan Nigel Munro – Smith dalam buku mereka).
Contoh 1. sebuah perusahaan Singapura yang bernama Far East Organization yang menuliskan “Mission Statement” sebagai berikut; “Misi kami adalah meningkatkan gaya dan lingkungan hidup para pelanggan kami melalui penyediaan pemukiman berkualitas dan pelayanan yang berkualitas terbaik”.
Contoh 2. juga sebuah perusahaan Singapura juga; “Excel Machine Tools Pte. Ltd.; “To excel as a world class company providing value-added products, services and solutions through continuous innovations, research and development, regionally dan internationally”.
Bila kita membaca kembali pada definisi yang diberikan oleh Robert Miles sebelumnya, pernyataan misi kedua perusahaan Singapura tersebut adalah “purpose” atau atau Tujuan Dasar mereka! Sebenarnya, terserah yang mana saja yang anda akan gunakan yang penting penggunaannya tidak rancu. Kelihatannya, lebih banyak badan usaha termasuk badan usaha Indonesia yang menganut pemahaman yang dikemukakan oleh Khoo Keng-Hor dan Munro-Smith dalam mengartikan Mission.
BEBERAPA CONTOH VISI & MISI YANG BAGUS
Diujung uraian tentang Visi saya memberikan beberapa contoh tentang visi yang menurut saya tepat dan sesuai definisi dari kata visi. Dibawah ini saya memberi dua buah contoh pernyataan Visi dan Misi. Yang pertama adalah dari sebuah Lembaga Penelitian Untuk Penyakit Ginjal di Amerika Serikat. Ketika Direktur Lembaganya ditanya apa visi yang ada dibenaknya dan semua dokter dan ahli teknik yang menjadi anggota Team kerjanya ia menjawab: “Visi kami adalah bahwa pada suatu hari, mudah mudahan tidak terlalu lama, para pasien penyakit ginjal berat akan biasa menikmati hidup normal layaknya orang orang yang ginjalnya sehat”. Sedangkan tentang misi Lembaganya adalah: “Menemukan dan menciptakan sebuah ginjal buatan (“artificial”) untuk menggantikan ginjal yang rusak sehingga pasien gagal ginjal tidak perlu menjalani cuci darah lagi yang biayanya sangat mahal”
Contoh yang kedua adalah juga sebuah organisasi nir-laba yaitu sebuah Universitas di Australia – Universitas RMIT yang berlokasi di Melbourne, Negara Bagian Victoria (dari Reader Friendly Strategic Management) yang mereka tetapkan pada tahun 1996 yang lalu. Mengenai VISI, mereka menetapkan bahwa: “Pada tahun 2002, RMIT akan menjadi salah satu universitas unggulan yang diakui yang berciri “multi level”, mempunyai jurusan yang beragam, berpusat pada mahasiswa (student center) dan relevan dengan kebutuhan industri. Dia akan dikenali melalui ciri-cirinya yang bersifat responsive terhadap kebutuhan pelanggan, kemampuannya untuk merespon dengan cepat tuntutan-tuntutan pelanggan dan sifat kegiatannya yang dinamis”.
Mengenai MISI mereka, ditegaskan bahwa RMIT berdiri untuk;
- Menyediakan pendidikan teknis dan profesional yang membantu mengembangkan orang mencapai kemampuan kepemimpinan dan memperoleh pekerjaan,
- Melaksanakan program-program penelitian (riset) yang menyentuk isu-isu dunia nyata didalam ruang lingkup international dan masyarakat lokal,
Penetapan misi RMIT tersebut mencerminkan pemahaman RMIT tentang misi yang sealiran dengan Crosby, Keng-hor dan Munro-Smith.
PENUTUP
Seperti telah ditulis dibagian awal, sejak awal tahun 90an, sampai sekarang ini konsep Visi dan Misi juga mulai popular di Indonesai. Tetapi, dalam praktek banyak perusahaan (bukan hanya di Indonesia) yang masih menggunakannya secara rancu. Kita sering membaca atau melihat, baik dalam Company Profile, Laporan Keuangan Tahunan, ataupun Poster-poster yang ditempelkan didinding kantor atau pabrik sebuah pernyataan tertulis tentang apa yang disebut VISI. Biasanya berbunyi; “Visi kami adalah menjadi produsen dan pemasar…… (pupuk, tekstil, makanan, dll) berkelas dunia”, dst…….”. Itu tidak salah tetapi sayang-nya seringkali Visi tersebut ditulis sedemikian ringkas yaitu sebagai pernyataan cita-cita tanpa disertai penjelasan tentang mengapa perusahaan harus menjadi seperti itu dan apa saja yang akan menjadi karakteristik khusus perusahaan pada masa yang akan datang itu. Penyebabnya adalah karena tidak pernah ada usaha untuk menggali arti yang sebenarnya dari istilah-istilah tersebut baik dari kamus-kamus bahasa asal kata itu berasal ataupun dari literatur yang lain.
Coba renungkan Visi PT Pos yang berbunyi; “Menjadi salah satu perusahaan pos terkemuka di dunia”. Silahkan teliti apakah masih ada perusahaan pos di dunia yang masih bertahan dengan bisnis aslinya yaitu jasa pengirman surat, dokumen, dan lain lain? PT Pos Indonesia sendiri telah memutuskan untuk masuk ke bisnis perhotelan (hospitality) dengan membentuk sebuah anak perusahaan yang ditugaskan merubah gedung gedung kantor pos yang antik itu menjadi hotel hotel bergaya klasik.
Jakarta, 5 Februari 2024
REFERENSI
- Bennis, Warren, & Nanus, Burt. “Leaders; Strategies for Taking Charges”; Harper and Row Publisher, New York, USA, 1997
- Crosby, Philip B. “Running Things, The Art of Making Things Happen”, McGraw-Hill Book Company, Singapore 1987.
- John M. Echols and Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, an Eglish-Indonesian Dictionary
- Khoo, Kheng-Hor and Munro-Smith, Nigel, “Reader Friendly Strategic Management”, Pelanduk, Subang Jaya, Selangor Malaysia, 1999.
- Kotter, John P. “ Leading Change”, Harvard Business School Press, 1996
- Miles, Robert H. “ Leading Corporate transformation’ – A Blue print for Business Renewal”, Jossey-Bass Publishers, San Fransisco, USA, 1997