Hari Jumat tgl. 17 Nopember 2022 lalu, tanpa sengaja saya membaca post yang memuat “screenshot” berita di bawah  ini di LinkedIn.

Karena penasaran saya telusuri sumber nya yaitu media Kumparan. Berita lengkapnya adalah di link ini.

Setelah membaca berita tersebut saya jadi ingat kembali ke apa yang saya temukan pada  tahun 1975 lalu. Saat itu saya baru saja  “kejeblos” ke bidang manajemen  SDM sebagai Personnel & IR Manager di PT Goodyear Indonesia di Bogor. Atasan langsung saya yang adalah seorang warga Amerika Serikat yang jabatannya V.P. Manufacturing, (saat itu tidak ada jabatan Direktur SDM). Ia memberi saya sebuah buku yang ditulis oleh Robert Towsend, mantan C.E.O Hertz Rent a Car yang  berjudul “Up the Organization”.

Di bawah ini adalah foto kulit muka bukunya. Buku itu pertama kali  terbit th. 1970. Itu yang saya punya dan sampai sekarang saya masih menyimpannya ?. (Dan ternyata,  sampai saat ini buku itu masih ada dijual di Amazon.com).

Saya tidak tahu apa tujuan boss saya memberikan buku itu kepada saya tetapi saat saya mulai membacanya, ternyata dalam buku itu saya menemukan satu bab yang judulnya mengejutkan yaitu: “GET RID OF YOUR PERSONNEL DEPARTMENT”. Dalam bab tersebut Robert Towsend menegaskan bahwa tanggung jawab untuk memperoleh, memilih dan memotivasi bawahan (anggota tim) adalah sepenuhnya tanggung jawab pimpinan/penanggung jawab tim atau satuan kerja itu.

Antara tahun 1980 – 1990 banyak perusahaan yang meng- “outsourced” sebagian besar  kegiatan operasional terkait “sdm”  mulai dari tahap rekrutmen, berbagai pelatihan dan pengembangan, pengelolaan imbalan (upah/gaji dan fasilitas kesejahteraan) sampai perhitungan dan pembayarannya. Bilapun ada seorang pejabat senior bidang SDM, tugasnya adalah lebih banyak sebagai “internal  advisor”/ “business partner” purna waktu dan sebagai wakil perusahaan dalam berurusan dengan berbagai instansi pemerintah untuk bidang ketenagakerjaan.

Apakah apa yang dilakukan oleh AMAZON dan mungkin juga beberapa perusahaan besar lain di negara maju adalah gejala akan diterapkannya kembali strategi yang diterapkan pada tahun tahun 1970 – 1990 itu. Para praktisi MSDM yang saat ini bekarir sebagai “orang gajian” dalam berbagai  perusahaan sebaiknya waspada. Yang  mereka harus lakukan sebagai persiapan adalah meningkatkan dan memperkaya jenis jenis  kompetensi yang harus dikuasai untuk berperan (atau menjual jasa) sebagai “Business Partner” atau Konsultan. Pokoknya, ikuti  pepatah bangsa China yang berbunyi: “Dalam setiap  krisis, selain menghadirkan masalah, juga akan ada  peluang”.

Semoga bermanfaat.

Jakarta, 19 Nopember 2022