Dalam tulisan sebelumnya saya menjelaskan tentang kata Etos yang berasal dari kata Yunani kuno Ethos dalam arti sebagai karakter atau ciri yang dimiliki sebuah, kelompok, suku atau bangsa.
Tetapi, dalam bahasa Yunani kuno, kata “ethos” juga memiliki arti yang berbeda dan digunakan dalam konteks yang berbeda. Penggunanya adalah Arustotle seorang filsuf Yunani kuno yang sampai sekarang, ajaran2nya masih dijadikan rujukan oleh para pemikir dan pakar dunia termasuk dalam bidan manajemen dan kepemimpinan. Aristotle lahir sekitar tahun 384 SM dan meninggal sekitar tahun 322 SM. Aristotle dan Socrates bersama sama guru mereka Plato, adalah filsuf jaman Yunani kuno yang meletakan dasar dasar bagi falsafah bangsa bangsa “Barat”.
Aristotle menggunakan kata “ethos” dalam konsepnya tentang “ingredients of influence” (komponen/elemen daru pengaruh). Dikatakannya bahwa seseorang yang ingin mempengaruhi orang lain dengan tujuan agar orang atau orang-orang itu mau atau bersedia untuk tahu, setuju, dan akhirnya melakukan apa yang diinginkannya harus memiliki dan menggunakan 3 (tiga) hal yaitu “Ethos”, “Logos” dan “Pathos” yang tepat dan bernilai tinggi. Penjelasan untuk tiap elemen adalah dibawah ini.
“ETHOS”
Ethos adalah kredibilitas yang dimiliki oleh si pemimpin atau si pembicara. Sumber utama untuk kredibilitas dalam konteks ini adalah keahlian (kompetensi) yang dimiliki dan atau pengalaman yang telah diakui orang. Dengan demikian, maka apapun yang dikemukakannya yang terkait bidang keahliannya, orang yang mendengarkannya tidak akan meragukan atau mempertanyakannya.
Salah satu acara serial di statsiun TV BBC yang sedang tayang memanfaatkan “ethos” sehingga judul nya: “Trust me, I am a Doctor”.
“PATHOS”
Pathos adalah ekspoitasi dari emosi/perasaan fihak lain dengan memanfaatkan berbagai “modal” misalnya “personal branding” dan penampilan yang tepat dan menarik (seperti para selebriti dunia hiburan), kepiawaian berbicara dimuka publik, gerakan tubuh dan mimik muja, dan cara lain yang positif.
“LOGOS”
Logos adalah menggunakan “logika” yaitu argumentasi atau alasan yang berbobot dan bisa diterima oleh fihak lain. Argumentasi tersebut harus didukung oleh rujukan tepat dan kuat misalnya perhitungan atau kalkulasi untung rugi, probabilitas keberhasilan, mitigasi resiko, data statistik, atau pasal pasal dalam undang undang, jurisprudensi, dll.
Ilustrasi dibawah ini menjelaskan konsep tersebut dalam bentuk visual.
Dengan demikian jelas sekali bahwa mereka yang menduduki jabatan-jabatan yang harus selalu melakukan komunikasi dengan orang orang yang bukan bawahan sendiri, terutama mereka yang profesinya menjual jasa, misalnya konsultan, kemampuan untuk memanfaatkan “ethos”, “pathos” dan “logos” adalah mutlak perlu.
ETHOS, PATHOS dan LOGOS DALAM KEPEMIMPINAN
Saat ini, konsep ethos, pathos dan logos sebagai “elemen pengaruh” malah semakin populer dikalangan para pakar kepemimpinan dan komunikasi di negara negara Barat. Pesan inti dari konsep tersebut adalah bahwa dalam berkomunikasi dengan bawahan atau anggota tim kerjanya, seorang pemimpin yang cakap akan mengandalkan diri pada elemen-elemen “ethos”, “pathos”, dan “logos”. Mereka akan menghindari dua gaya kepemimpinan dibawah ini;
- Gaya Transaksional. Pengikut mau melakukan sesuatu karena dijanjikan akan mendapat hadiah seketika (instant) dari “pemimpinnya”. Yang biasanya terjadi adalah orang akan melakukan sesuatu yang diminta oleh mereka yang siap membayar lebih banyak. Itulah yang banyak terjadi dalam pemilihan kepala daerah di berbagai tempat di negara kita. Semboyannya adalah “maju tak gentar nembela yang bayar”! Teknik atau metode tersebut sulit dilakukan dalam orfanisasi formal seperti korporasi walaupun bisa saja terjadi.
- Gaya Otoriter. Gaya ini mengandalkan pada kekuasaan resmi (legitimate) yang dimiliki atau diperoleh si pemimpin baik dalam bentuk surat pengangkatannya yang resmi dari institusi atau pimpinan perusahaannya atau hasil pemilihan yang diperolehnya. Tidak perlu penjelasan panjang lebar oleh pakar bahwa penerapan gaya otoriter dalam jangka panjang dapat menjadi bumerang. Selain daripada itu, kita semua tahu bahwa hasil yang akan dicapai oleh pengikut atau bawahan yang melakukan tugasnya dengan terpaksa karena takut mendapat hukuman tidak akan maksimal dalam kuantitas dan kualitas.
Dua gaya kepemimpinan tersebut secara umum dianggap tidak tepat diterapkan kecuali situasi dan kondisi organisasi yang dihadapi menuntut diterapkannya salah satu dari dua gaya tersebut.
Dibawah ini adalah satu dari banyak referensi bagi mereka yang ingin tahu lebih banyak tentang konsep ini.
http://examples.yourdictionary.com/examples-of-ethos-logos-and-pathos.html
Mudah mudahan bermanfaat.
Jakarta, Januari 2017