Saya yakin sekali bahwa mereka yang membaca tulisan saya ini pernah atau bahkan sering mendengar atau membaca 4 (empat) buah kata yang menjadi judul tulisan ini. Sebagian bahkan mungkin pernah menggunakannya terutama pada saat berbicara atau menulis tentang topik terkait manajemen sumberdaya manusia, kepemimpinan atau profesionalisme.
Walaupun demikian masih banyak orang yang menggunakan tiga buah kata tersebut secara kurang tepat sehingga masih ditemukan kerancuan. Oleh karena itu, saya pikir menarik juga untuk mengulas kaitan dan perbedaan antara ketiga kata tersebut. Pembahasan saya akan dimulai dengan kata etik, lalu etika, kemudian etiket dan akhirnya etos. Saat membahasnya saya juga akan melengkapinya dengan contoh.
ETIK
Kata “etik” ini bersumber pada kata dalam bahasa Ingeris : “ethic” yang juga berasal dari bahasa Latin (Yunani kuno) “ethikos”. Wikipedia menjelaskan sebagai berikut:
“Ethics or moral philosophy is a branch of philosophy that involves systematizing, defending, and recommending concepts of right and wrong conduct.”
“Etik” (ethic) adalah kata benda (nounce), sedangkan “etis” (ethical) adalah kata sifat (ajective). Istilah “etik” lebih terkait dengan moral, benar atau salah dan juga hukum. Definisi etik yang paling umum adalah “prinsip-prinsip yang dipegang teguh” (“rules of conducts”) dalam bekerja, melaksanakan tugas dan kewajiban. Oleh karena itu, semua profesi yang terkait dengan pelayanan masyarakat dan dengan kepentingan umum sudah memiliki apa yang disebut “kode etik profesi”. Kode etik profesi mengatur tentang apa yang wajib atau harus dan yang dilarang dilakukan oleh mereka yang menjalani profesi itu.
Sebagai contoh, seorang yang berprofesi dokter wajib mendahulukan pertolongan untuk pasien yang terancam kehilangan nyawa karena misalnya mengalami luka parah daripada urusan pribadinya sendiri atau urusan pembayaran untuk jasanya. Pelanggaran terhadap kode etik profesi umumnya sangat keras. Bisa berupa pencabutan ijin menjalankan profesinya sampai hukuman penjara bila pelanggaran tersebut berupa tindak pidana, misalnya menerima suap.
ETIKA
Kata “etika” sebenarnya juga mendekati “etik” tetapi aturan dan konsekwensi tidak sekeras “etik”. Etika lebih menjelaskan tentang “pantas” dan tidaknya suatu tindakan atau sikap. “Hukuman” untuk pelanggarannya pun tidak seberat pelanggaran terhadap etik. Mungkin hanya bersifat cemoohan terbuka atau diam diam.
Untuk contoh saya akan berceritera sebagai berikut.
Sebagai penggemar musik, saya sering memutar kembali beberapa video musik yang menampilkan beberapa penyanyi top dunia. Saat Celline Dione, yang anda semua pasti tahu, akan menyanyikan sebuah lagu terkenal “milik” Whitney Houston yang berjudul “The Greatest Love of All” ia berujar dulu sebagai berikut:
“Whitney, aku akan mencoba menyanyikan sebuah lagu anda. Aku sadar bahwa aku tidak akan mampu menyanyikannya sebagus anda, tapi aku sangat suka lagumu itu. Terima kasih untuk pengertianmu”.
Itu adalah sebuah contoh perilaku mentaati etika yang sangat terpuji. Demikian pula saat menyaksikan Kenny Rogers menyanyi bersama Lionel Ritchie, dan Alm. B.B. King menyanyi bersama para penyanyi top senior lainnya. Mereka selalu melakukan hal yang sama. Selalu menarik bagi saya saat menyaksikan bagaimana orang orang profesional bersikap dan berperilaku saat harus muncul bersamaan atau bergantian dalam satu “panggung”.
Orang orang yang “benar-benar professional” itu akan selalu saling menghormati dan menghargai. Untuk bisa melakukan hal itu diperlukan jiwa yang besar. Hal itu pun dilakukan oleh para pembicara professional kelas dunia. Mereka seringkali melontarkan kata kata pujian untuk pembicara yang lain. Apalagi bila bidang keilmuan mereka berbeda. Hal itu saya sering saksikan saat menghadiri seminar atau konferensi di beberapa negara lain.
ETIKET
Selain “etik” dan “etika” ada sebuah kata lain yang berdekatan yaitu “etiket”. Tetapi sumber dari kata etiket adalah kata “etiquette” dalam bahasa Perancis. Saya yakin kita semua sudah tahu bahwa kata “etiket” lebih banyak mencakup tentang aturan dan prosedur dalam bertingkah laku dalam berinteraksi dengan orang lain. Bentuk interaksi tersebut bisa bercakap cakap santai, makan bersama, mengikuti berbagai acara dan upacara dan sebagainya. Kata yang lebih biasa digunakan dalam bahasa Indonesia adalah “tata krama” dan “sopan santun”. Etiket sangat erat kaitannya dengan budaya dan kebiasaan bangsa dan atau suku. Oleh karena itu, mereka yang dalam profesi atau pekerjaannya akan sering beronteraksi dengan orang orang yang berasal dari suku atau bangsa yang berbeda harus punya pengetahuan yang cukup tentang perbedaan dalam etiket yang bersumber pada budaya masing masing.
ETOS
Jansen Sinamo, yang menyebut dirinya sebagai “guru” ethos kerja menjelaskan dalam salah satu tulisannya bahwa “etos” kerja direfleksikan dalam berbagai pernyataan misalnya bahwa: “Kerja adalah; Rahmat, Amanah, Panggilan, Aktualisasi, Ibadah, Seni, Kehormatan, dan Pelayanan”.
Dalam konteks itu, etos diartikan sebagai “alasan atau motif yang mendasar” bagi sebuah sikap dan perilaku.
Jadi bila sebuah bangsa sangat bersemangat tinggi untuk membangun perekonomiannya dan bersaing dengan
bangsa lain pasti karena punya etos yang tinggi untuk membangun. Demikian pula bila ada olahragawan yang begitu bersemangat untuk terus menjuarai pertandingan dan bila sekelompok atau seseorang sangat bersemangat untuk menyelesaikan sebuah tugas secara sempurna dan efisien.
Tetapi dari hasil penggalian yang saya lakukan, kata “etos” diambil dari kata dalam bahasa Ingeris; “ethos” yang telah mengadopsinya dari bahasa Yunani. Wikipedia menjelaskan sebagai berikut;
“Ethos (/ˈiːθɒs/ is a Greek word meaning “character” that is used to describe the guiding beliefs or ideals that characterize a community, nation, or ideology. The Greeks also used this word to refer to the power of music to influence emotions, behaviours, and even morals”.
Terjemahannya kira kira sebagai berikut: “Etos adalah kata dalam bahasa Yunani yang berarti karakter (ciri) yang digunakan untuk menggambarkan keyakinan keyakinan yang menjadi ciri ciri spesifik sebuah komunitas (suku), bangsa atau ideologi. Orang Yunani juga menggunakan kata itu untuk menggambarkan kekuatan musik untuk mempengaruhi emosi, perilaku dan bahkan moral”.
Setelah membaca penjelasan tersebut terus terang saya jadi tidak yakin bila kata “etos” yang digunakan oleh Pak Jansen Sinamo berasal dari kata ethos yang bahasa Yunani kuno itu. Tetapi saya juga tidak punya alasan untuk mempertanyakan asal muasal penggunaan kata Etos yang beliau gunakan karena konteks-nya juga positif.
Mudah mudahan penjelasan saya bermanfaat.
Jakarta. Januari 2017